BERBAGI

BERBAGI
"WELCOME"

Minggu, 20 Mei 2012

perkembangan akal, motorik dan spiritual peserta didik


PERKEMBANGAN
AKAL, MOTORIK DAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK

A.      Perkembangan
Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses menuju kedepan dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan perubahan yang sedikit banyak berisifat tetap dan tidak dapat diulang. Perkembangan menunjukkan pada perubahan-perubuahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju.
B.       Tridimensi Peserta Didik
Dari sisi pandangan positif, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia, berakal, berbudi, insan beradab, paling potensial untuk berkembang, dan sebagainya. Sedangkan dalam pandangan negatif, sebagian manusia merupakan makhluk paling rakus, penggunaan teknologi yang kejam, penguras sumber daya alam yang tamak, pembisnis yang curang, dan lain sebagainya. Disinilah tugas pendidikan sangat berperan penting yaitu mengoptimasi potensi peserta didik dari negatif ke positif serta meningkatkan dan memapankan perilaku positif yang dimiliki.
Menurut pemikiran filsuf Kuno, Bas van Rijken (2009) berpendapat bahwa manusia termasuk peserta didik yang terdiri dari unsur atau dimensi yaitu fisik, nurani dan pikiran (akal). Sebagai manusia biasa, peserta didik itu beragam, baik secara fisik, nurani maupun penalarannya. Kemampuan dalam mengembangkan ketiga aspek tersebut pun beragam. Keragaman ini dipandang mendorong layanan pendidikan untuk harus menjadikannya sebagai “seni” dalam bertindak untuk pembelajaran kepada mereka.  Peserta didik yang lemah secara fisik dapat menginspirasikan layanan pendidikan untuk melakukan penguatan.
C.      Dimensi Motorik (fisik) Peserta Didik
Fisik sesungguhnya merupakan instrumen dalam membantu kata hati atau pikiran. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh maka memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan fisiknya dan ekplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang tuanya.
Menurut ahli psikologi, bahwa perkembangan pikiran terjadi paling pesat pada masa anak berumur 3-6 tahun Pada usia ini juga terjadinya pertumbuhan ”myelinization” (lapisan urat syaraf dalam otak yang terdiri dari bahan penyekat berwarna putih, yaitu myelin) secara sempurna. Lapisan urat syaraf ini membantu transmisi impul-impul syaraf secara cepat, yang memungkinkan pengontrolan terhadap kegiatan-kegiatan motorik lebih seksama dan efisien. Pada masa 6-12 tahun, anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung). Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah terkoordinasi dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan :
1.        Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar
2.        Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga
3.        Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.
4.        Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.
D.      Dimensi Sosial Peserta Didik
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembaga tempat para siswa belajar, beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan. Perkembangan sikap social didukung oleh perkembangan emosi dan proses berpikir yang semakin meningkat.
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu.
Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.
E.       Dimensi Spiritual dan Intelektual Peserta Didik
1.        Dimensi Spiritual / Nurani (nalar hati)
Nurani  juga dapat dipandang sebagai bantuan bagi keinginan seseorang atau peserta didik. Nalar hati sering diidentikan dengan perasaan pribadi. Nurani memiliki nilai lebih dalam sifat-sifat kemanusiaan. Peserta didik merupakan makhluk yang memiliki energi spiritual. Sebagai makhluk spiritual, peserta didik memiliki jiwa dan sangat pribadi. Dimana, didalamnya terkandung sikap yang suci untuk saling mengasihi, membangun aspirasi dan harapan serta visi. Dimensi spiritual ini merupakan nilai kemanusiaan sejati. Dengan nilai-nilai spiritual itu pun peserta didik akan dapat mengenal diri sendiri. Satu hal yang tidak kalah penting dalam dimensi spiritual adalah kesadaran, sesuatu yang diidentifikasikan sebagai penembus semua lini kehidupan. Kesadaran peserta didik adalah hubungan mereka dengan dunianya, sementara kemampuan berpikir merupakan alat untuk membuat keputusan.
2.        Dimensi Intelektual atau Pikiran (nalar otak)
Pikiran juga dapat dipandang sebagai bantuan bagi keinginan seseorang atau peserta didik. Pikiran biasanya berupa kesadaran menggunakan pikiran, meski kadang-kadang tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh nalar hati. Dalam kehidupan sehari-hari istilah pikiran sering dianggap identik dengan istilah penalaran, kecerdasan, intelegensi. Tetapi bisa pula diartikan bahwa pikiran adalah hasil kegiatan berfikir. Kegiatan berfikir menggunakan sarana atau alat yang disebut akal dan otak. Dengan demikian yang dimaksud dengan perkembangan pikiran adalah kemampuan berpikir manusia. Pada masa anak-anak pikiran telah nampak perkembangannya tahap demi tahap, ahli psikologi sepakat bahwa perkembangan pikiran terjadi paling pesat pada masa 3 samapai 6 tahun. Pada masa ini, pikiran anak-anak pada umumnya benar-benar telah jalan, misalnya ketika anak sedang berbicara dengan temannya. Dalam pembicaraan itu bisa terjadi tanya jawab yang dilakukan secara bersama, apa yang dilakukan anak memerlukan kerja pikiran, supaya pembicaraannya masuk akal dan tidak dikritik oleh teman-teman. Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung).
F.       Asumsi – Asumsi Perkembangan Peserta Didik
Pemahaman mengenai “perkembangan peserta didik” dan “tugas-tugas perkembangannya” merupakan instrumen untuk memberikan layanan kependidikan yang prima sesuai dengan tahap-tahap perkembangan mereka menurut usia atau jenjang persekolahan yang dijalaninya dalam melatih, mendidik, dan mengajar peserta didik sesuai dengan psikologi perkembangannya. Pemikiran nativisme mengatakan bahwa perkembangan anak atau peserta didik ditentukan oleh bawaannya sejak lahir.
Perkembangan anak merupakan fungsi dari faktor bawaan dan lingkungan. Ini dikemukakan oleh William Stern. Dijelaskan bahwa perkembangan anak ibarat bibit yang baik ditanam pada tempat yang cocok. Berarti, kombinasi yang kongruen antara pembawaan dan lingkungan menentukan perkembangan anak.
Perkembangan anak atau peserta didik merupakan fenomena buatan oleh karenanya proses pengembangan mereka harus dioptimasi. Pemikiran ini dianut oleh aliran empirisme. Jika peserta didik menerima layanan dari guru yang baik, belajar disekolah dengan fasilitas yang lengkap, dan lingkungan yang kondusif, perkembangan mereka akan menjadi optimal.
G.      Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudia ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajaryang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain.
Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai berikut: adanya kekurang seimbangan proporsi tinggi dan berat badan, mulai timbulnya ciri-ciri sekunder, timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing, kecenderungan antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua, senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
Karakteristik tersebut menuntut guru untuk:
1.        Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.
2.        Menyalurkan hobi dan minat siswa melalui kegiatan-kegiatan yang positif.
3.        Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
4.        Meningkatkan kerja sama dengan orang tua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa.
5.        Menjadi teladan atau contoh, serta Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar :
1.      Mememahami dan menerima keadaan jasmani
2.      Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3.      Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
4.      Mencapai kematangan Emosional
5.      Menujukepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
6.      Mencapai kematangan intelektual
7.      Membentuk pandangan hidup
8.      Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah berkunjung , diharapkan untuk meluangkan pendapat anda ....!!